KUALA LUMPUR, SURYAYOGYA.COM – Angka pengangguran di Malaysia melonjak tajam melewati 610 ribu pada bulan Maret. Ini adalah angka tertinggi dalam 10 tahun terakhir.
Lonjakan angka pengangguran di Malaysia mencapai 3,9 persen. Menurut Departemen Statistik Malaysia, itu adalah imbas dari pandemi Covid-19 yang telah mengakibatkan banyak orang kehilangan mata pencaharian mereka dan pembatasan sosial (MCO) yang diambil pemerintah.
Dalam sebuah laporan pada Jumat (8/5/2020), Kepala Departemen Statistik Mohd Uzir Mahidin mengatakan, “Tingkat pengangguran pada Maret 2020 meningkat menjadi 3,9 persen, tertinggi sejak Juni 2010, ketika tingkat pengangguran berada pada 3,6 persen.”
“Tingkat pengangguran yang tinggi pada Maret 2020 mencerminkan dampak negatif MCO pada pasar tenaga kerja,” tambahnya.
Data statistik menunjukkan jumlah orang yang menganggur meningkat 17,1 persen menjadi 610.500 pada Maret, dibandingkan dengan 521.000 pada bulan yang sama pada 2019.
- BACA: 1 Juta TKI Terkepung Lockdown Malaysia, Ketakutan hingga Terancam Kelaparan
- BACA: Malaysia Longgarkan Lockdown, Social Distancing Masih Berlaku, Jalanan Menjadi Padat
Pada bulan Februari, sebelum MCO dimulai, pengangguran Malaysia tercatat 3,3 persen.
Selain itu, Mohd Uzir menjelaskan bahwa jumlah orang dalam angkatan kerja mengalami penurunan dari Februari hingga Maret.
“Jumlah tenaga kerja di bulan ini turun 0,2 persen menjadi 15,84 juta orang, dibandingkan dengan Februari 2020.”
“Selama periode yang sama, orang yang dipekerjakan juga menurun 0,7 persen menjadi 15,23 juta orang.”
Ekonomi Malaysia yang bergantung pada ekspor melampaui perkiraan pada Januari-Maret berkat kenaikan minyak
Dia mencatat bahwa dari 15,23 juta populasi pekerja di Malaysia, 2,8 juta orang adalah pekerja mandiri seperti pedagang, petani, dan pekerja lepas.
“Kelompok-kelompok pekerja ini terpapar pada risiko pengangguran dan kehilangan pekerjaan yang memengaruhi pendapatan mereka selama MCO, sebagian karena tidak dapat bekerja,” kata ahli statistik.
Malaysia pertama kali mengumumkan implementasi MCO pada 18 Maret. Fase keempat MCO dijadwalkan berakhir pada 12 Mei.
Sebelum 4 Mei, hanya bisnis yang dianggap layanan penting yang diizinkan beroperasi.
Perdana Menteri Malaysia Muhyiddin Yassin mengatakan bahwa Malaysia menderita kerugian sekitar RM63 miliar (US $ 14,5 miliar) sejak MCO mulai berlaku.
Dia menambahkan bahwa negara itu akan mengalami kerugian RM35 miliar lagi jika MCO diperpanjang satu bulan lagi, sehingga total kerugian selama periode MCO diperkirakan sekitar RM98 miliar.
Muhyiddin mencatat bahwa menghentikan kegiatan ekonomi lebih jauh akan sangat memukul penghidupan rakyat orang Malaysia.
Malaysia saat ini memiliki lebih dari 6.400 kasus COVID-19 dan lebih dari 100 kematian.(*)
Editor: Eddy Mesakh | Sumber: CNA