
YOGYAKARTA, SURYAYOGYA.COM – Kota Yogyakarta memiliki sejumlah strategi pengembangan ekonomi digital di tengah pandemi Covid-19.
Wakil Walikota Yogyakarta, Heroe Poerwadi, menjelaskan bahwa pihaknya telah melakukan beberapa langkah untuk menghidupkan kembali sektor ekonomi dengan memanfaatkan dunia digital.
Hal itu lantaran Kota Yogyakarta sangat bergantung pada dua sektor jasa dan tidak memiliki Sumber Daya Alam (SDA) melimpah seperti daerah-daerah lainnya.
“Yogyakarta bergantung pada dua sektor, yaitu penidikan dan wisata. Banyak dari masyarakat yang hidup memanfaatkan dua sektor itu untuk memberikan jasa, misalnya makanan, dan lainnya,” papar Heroe saat menjadi narasumber di United Cities and Local Goverments Asia Pacific (UCLG ASPAC), melalui aplikasi zoom di ruang Yudhistira, Jumat, (15/5/2020).
- BACA: 33 Pasien di Makassar Sembuh, Virus Corona Keok dari Jus Mengkudu
- BACA: Siap-siap, Hari Minggu Ini Yogyakarta Cairkan Dana Bansos, Wonosari Giliaran Pertama
- BACA: Jelang Lebaran, Yogyakarta Perketat Protokol Pencegahan Covid-19, Tidak Ada Shalat Ied di Lapangan
“Ketika dua sektor tersebut ‘di-lock down‘ maka masyarakat kita mengalami kesulitan dalam ekonominya,” ucap Heroe.
Karena itu, Pemko Yogyakarta telah bekerjasama dengan mitra, yakni Gojek, untuk menyediakan layanan guna mempermudah masyarakat berjualan.
“Awalnya kami membuat pasar daring atau pasar tradisional online, tetapi manual karena pembeli harus menghubungi penjual dengan menggunakan aplikasi pesan singkat atau WA,” katanya.
Seiring berjalannya waktu, Pemko Yogyakarta bekerjasama dengan beberapa mitra, di antaran Gojek, untuk memberikan layanan berupa pasar online, seingga masyarakat Kota Yogyakarta tinggal mengakses layanan melalui aplikasi Go-Shop.
“Saat masih manual terjadi tawar menawar berapa ongkos yang dibutuhkan untuk pengiriman barang. Untuk iru kami bekerjasama dengan Gojek untuk memberikan layanannya,” katanya.
Selain membuat pasar online pemkot Yogyakarta juga mengkonversi program gandeng gendong kedalam sistem digital dengan aplikasi yang ada di Jogja Smart Service (JSS) yakni Nglarisi.
“Gandeng gendong selama ini menjadi mitra pemkot dalam memberikan layanan untuk makanan ringan saat rapat di pemkot. Berhubung sekarang anggaran rapat dipangkas kita harus memberikan solusi untuk masyarakat,” ucapnya.
Ia menambahkan saat ini, ada 208 kelompok gandeng gendong yang sebeleum pandemi covid 19 ini dapat menyerap anggaran makan minum sebesar 38 persen.
“Sekarang yang tergabung di aplikasi online baru kurang lebih 100 kelompok atau setengah dari total kelompok gandeng gendong,” katanya.
Ke depan Pemko Yogyakarta akan menyiapkan e-warung sebagai tempat masyarakat untuk berjualan ayam, sayuran, dan lainnya.
“Ke depan ada tiga yang disasar, yaitu kampung sayur, ternak lele cendol, dan juga untuk peternak ayam. Dari 3 penyedia akan dimasukkan ke e-warung baru bisa diakses oleh masyarakat,” ujar Heroe. (*)
Editor: Eddy Mesakh | Sumber: Wartajogja