
SURYAYOGYA.COM – Bagaimana orang Kanaan, yang merupakan kawan sekaligus musuh (frenemies) Alkitabiah orang Israel, menjaga integritas genetik mereka?
Studi genom Kanaan menunjukkan campuran terus-menerus dari gen populasi jauh, yang masih dapat dilihat dalam populasi berbahasa Arab dan Yahudi modern.
Sebuah studi interdisipliner internasional terbaru memberikan jawaban menarik tentang asal-usul dan sejarah orang-orang Kanaan.
Dalam sebuah artikel yang diterbitkan 28 Mei 2020 di jurnal peer-review Cell yang bergengsi, para ilmuwan melaporkan bahwa selama ribuan tahun, orang-orang Kanaan yang tersebar luas mempertahankan diri mereka sebagai kelompok yang koheren atau cocok secara demografis.
- BACA: Alami Kerusakan Otak, Bayi Ini Diobati dengan Ganja, Uji Coba Pertama di Dunia
- BACA: [VIDEO] Katak Bermain Game “Ant Smasher” di Smartphone, Endingnya Bikin Kaget
- BACA: Segera Hapus Lima Aplikasi Berbahaya Ini dari Smartphone Anda. Ini Alasannya
Penelitian ini dilakukan melalui analisis genom sampel DNA kuno dari sisa-sisa 93 orang di sembilan situs Kanaanite Zaman Perunggu di seluruh Levant.
“Orang-orang Kanaan, meskipun tinggal di negara-kota yang berbeda, secara budaya dan genetika [masih] serupa,” kata Liran Carmel, spesialis DNA kuno Universitas Ibrani.
Selama berabad-abad, para ahli terus berdebat mengenai siapa orang Kanaan dan dari mana mereka berasal?
“Musuh” kuno bangsa Israel yang ditaklukkan, orang Kanaan dicatat di seluruh Alkitab dan dalam dokumen sejarah yang berusia 3.500 tahun sebagai sekelompok orang yang tinggal di seluruh Levant yang diperintah oleh raja kota/negara mereka sendiri.
Levant atau Syam merupakan wilayah Mediterania Timur, atau wilayah besar di Asia Barat yang dibatasi oleh Pegunungan Taurus di utara, Gurun Arab di selatan, Laut Mediterania di barat, dan Pegunungan Zagros di timur.
Levant meliputi wilayah Lebanon, Suriah, Yordania, Israel, dan Palestina.
Studi ini juga menemukan bahwa orang Kanaan memiliki hubungan genetik dengan kelompok masyakat lain yang secara perlahan dan terus-menerus bermigrasi dari daerah Caucausus dan/atau Gunung Zagros yang jauh.

Campuran genetik khusus orang-orang Kanaan dan pegunungan ini masih dapat dilihat dalam beberapa bentuk dalam populasi berbahasa Arab dan Yahudi modern, tulis para peneliti.
“Hasil kami dalam studi baru ini menunjukkan bahwa istilah ‘orang Kanaan’ yang dikenal dari literatur arkeologis dan historis, ternyata sesuai dengan kelompok orang yang sebagian besar homogen secara genetis – itu bukan hanya kumpulan gagasan bersama, tetapi orang-orang yang memiliki kesamaan nenek moyang,” kata Profesor David Reich, ahli Genetika Kuno dari Universitas Harvard kepada The Times of Israel, Kamis (28/5/2020).
Data dari sampel DNA yang berasal dari 73 individu baru dari lima situs arkeologi di seluruh Levant Selatan, yang berasal dari Zaman Perunggu Pertengahan hingga Akhir, ditambahkan ke data yang dilaporkan sebelumnya dari 20 individu yang berasal dari empat situs.
Penelitian ini diselesaikan oleh tim besar interdisipliner, termasuk antropolog biologi Universitas Wina Ron Pinhasi, ahli genetika Universitas Hebrew Shai Carmi, arkeolog Universitas Tel Aviv Israel Finkelstein, Carmel Universitas Hebrew, Carmel Harvard, dan Reich dari Harvard.
Tetapi sementara temuan arkeologis di situs-situs Kanaan yang dapat diidentifikasi menunjukkan bahwa orang-orang yang berjauhan memiliki materi budaya mereka sendiri, sampai sekarang tidak diketahui apakah mereka memiliki kelompok genetik yang juga masih dapat dilihat.
Hasil sampel Kanaan diperiksa silang dengan orang-orang kuno lainnya, termasuk DNA Philistine (Palestina) dari studi akademik baru-baru ini.
Carmel, yang meneliti DNA purba dan evolusi manusia, mengatakan kepada The Times of Israel, “Kami melihat bahwa secara genetik, orang Kanaan lebih mirip satu sama lain dibanding kelompok lain di wilayah itu.”