Stress Karena Lockdown, Bocah 12 Tahun Ini Tewas Gantung Diri 3 Hari Sebelum Ultah

Hayden Hunstable foto bersama ayahnya, Brad Hunstable. Bocah 12 tahun ini bunuh diri sehari sebelum ultah ke-13. Sang ayah menyebut putranya stress akibat terus terkunci di dalam rumah. (Foto dari Youtube)
Hayden Hunstable foto bersama ayahnya, Brad Hunstable. Bocah 12 tahun ini bunuh diri sehari sebelum ultah ke-13. Sang ayah menyebut putranya stress akibat terus terkunci di dalam rumah. (Foto dari Youtube)

TEXAS, SURYAYOGYA.COM –  Seorang bocah Texas berusia 12 tahun ditemukan tewas gantung diri di kamarnya, hanya tiga hari sebelum ulang tahunnya yang ke-13.

Hayden Hunstable, nama bocah itu, diduga gantung diri karena stress setelah terkunci di dalam rumah selama masa lockdown di tengah pandemi Covid-19.

Peristiwa itu terjadi pada 17 April 2020 lalu, namun sang ayah, Brad Hunstable, yang sangat kehilangan, memosting video di youtube, menyesalkan lockdown yang telah membuat putranya stress karena tidak bersosialisasi dan kemudian gantung diri.

Brad  mengatakan bahwa putranya bukan bocah tertekan. Dia justru “seseorang yang selalu berkeliling dengan sepeda” sebelum lockdown.

Kata  Brad, putranya mengeluh tidak bisa bertemu teman-temannya dan tidak masuk kelas. Tapi, sebelum kejadian, segalanya menjadi lebih buruk baginya ketika Hayden secara tidak sengaja memecahkan monitor gamenya yang merupakan satu-satunya cara pengalih perhatiannya.

Meskipun banyak orang mengatakan bahwa kuncian akibat Covid-19 seperti liburan musim panas untuk anak-anak, namun Brad berpandangan sebaliknya. Menurutnya ini bukan liburan musim panas karena orang tidak bisa bersosialisasi dan itu membuat emosi akan meledak.

“Saya harap tidak ada yang pernah merasakan hal ini, mengalami apa yang saya alami, dan merasakan rasa sakit ini,” ujar Brad

Hayden ditemukan tergantung di kamarnya oleh adik perempuannya pada 17 April, tiga hari sebelum ulang tahunnya yang ke-13.

Dalam video itu, yang telah diunggah setelah tragedi itu dan menjadi viral di media sosial baru-baru ini, ayah dari bocah lelaki itu, juga mengingat bagaimana putranya berjuang tanpa rutinitas sekolah dan tidak bisa bertemu teman-temannya.

Dalam video itu, Brad berkata, “Saya tidak ingin putra saya dan ingatannya menjadi kesalahan terakhir yang pernah dilakukannya. Tidak ada yang menginginkan itu.”

Kampanye Kesehatan Mental