The New Normal: Tiga Sudut Pandang Dalam Habitus Baru

Ketua Pelaksana Gerakan Ekayastra Unmada, AM Putut Prabantoro.(ist)

JAKARTA, SURYAYOGYA.COM – Ketua Pelaksana Gerakan Ekayastra Unmada (Semangat Satu Bangsa) yang juga Alumnus Lemhannas PPSA XXI, AM Putut Prabantoro berpendapat, New Normal, yang oleh Presiden Joko Widodo disebut sebagai tatanan kehidupan baru di tengah pandemi Covid-19, hendaknya dilihat sebagai habitus baru yang memengaruhi dan sekaligus memunculkan cara hidup, cara berpikir, berkomunikasi, bertindak dan sekaligus berperilaku baru (baca-berbeda) bagi masyarakat Indonesia.

Habitus baru ini akan mendorong terjadinya efek domino pada kegiatan masyarakat lainnya.

Dalam keterangannya di Jakarta pada Senin (01/06/2020) dijelaskan, ada 3 (tiga) sudut pandang yang dapat digunakan untuk dapat melihat New Normal yakni; “Apa Yang Sesungguhnya Berubah”, “Apa Yang Seharusnya Berubah” dan “Apa Yang Sebaiknya Berubah”.

Baca: Museum Vatikan Roma Akan Kembali Dibuka untuk Umum

Baca: WHO Bantah Dokter Italia, Sebut Belum Ada Bukti Virus Corona Kehilangan Kekuatannya

Baca: Google Sodar Jaga Jarak Anda Tetap Aman di Era New Normal

Mengingat Covid-19 ini mengancam kehidupan manusia, ketiga sudut pandang itu melihat New Normal sebagai habitus baru dalam interaksi antar manusia (New Normal Sesungguhnya), manusia dan kehidupannya termasuk ekonomi (New Normal yang seharusnya) serta manusia dan lingkungannya (New Normal Yang Sebaiknya) dan ketiganya saling terkait.

“New Normal Yang Sesungguhnya ditandai dengan habitus yang sama sekali baru dalam interaksi antar manusia seperti physical distancing (jaga jarak) atau social distancing (pembatasan sosial). Bentuk kegiatan yang terkait dengan kerumunan seperti sekolah, pelaksanaan ibadah, festival-festival, mall, hotel, ataupun transportasi akan berubah”.

“Perubahan dari padat karya ke padat teknologi dalam dunia usaha dimungkinkan terjadi percepatan. Emirates Airlines, sebagai contoh, sudah mengeluarkan protokol New Normal dalam penerbangannya. Protokol ini akan terus digunakan hingga pandemi berakhir,” Putut Prabantoro, yang juga Ketua Pelaksana Gerakan Ekayastra Unmada (Semangat Satu Bangsa)

Sedangkan “New Normal Yang Seharusnya”, demikian dijelaskan Putut Prabantoro lebih lanjut, dipengaruhi oleh Desentralisasi Global (DG) yang merupakan kondisi dimana setiap negara termasuk Indonesia dipaksa untuk hidup mandiri dan harus fokus pada persoalan domestiknya. Setiap negara harus mandiri tanpa dapat berharap bantuan dari negara lain yang ternyata juga memiliki masalah serupa.