JAKARTA, SURYAYOGYA.COM – Dalam rekaman video yang terdapat di akun facebook resmi DPR RI, terlihat Muhammad Nazir yang membentak-bentak dan mengeluarkan kata-kata kasar “kurang ajar” berkali-kali saat Rapat Dengar Pendapat (RDP) di Gedung DPR Senayan, Jakarta, Selasa (30/6/2020).
Nadir mengusir Dirut Inalum Orias Petrus Moedak, bahkan mengancam akan mengirim surat kepada Menteri BUMN Erick Thohir untuk memecat Orias dari posisinya.
Itu diawali ketika Nasir meminta izin kepada pimpinan sidang yang dipimpin oleh Wakil Ketua Komisi VII Alex Noerdin. Nasir meminta izin untuk berinteraksi langsung dengan Orias dalam RDP itu.
“Pak Nasir silakan, melanjutkan yang tadi kan?” kata Alex, merujuk pembicara sebelumnya yang mempertanyakan soal utang PT Freeport Indonesia (PTFI).
Nasir kemudian mulai berbicara sengan nada suara rendah, pelan, namun nada suaranya semakin naik.
- Setelah Bentak-bentak dan Usir Dirut MIND ID, Justru M Nazir yang Tinggalkan Ruangan Usai Skors Sidang 15 Menit
- Ular Piton Raksasa Kepergok Telan Kambing, Setelah Dibunuh, Perlu Tujuh Orang Menggotongnya
- Ini Bocoran Harga Aksesoris PlayStation 5
Kakak kandung mantan Bendahara Umum Partai Demokrat M Nazaruddin itu
Saya minta kepada Pak Dirut, utang pembelian 41 persen ini kapan selesai dibayar,” tanya Nasir sambil tangan kanannya memijat-mijat pelipis kanannya, dan melanjutkan, “Interaktif pimpinan, izin,” sambung dia.
“Utangnya kita dalam beberapa trance, jadi ada yang 3 tahun, 5 tahun, 10 tahun, dan 30 tahun,” jawab Orias.
Kemudian Nasir lanjut bertanya, “Jadi sampai 30 tahun kalau perusahaan ini lancar, baru selesai. Kalau kita mati, tak selesai barang ini nanti Pak. Dan nanti ganti lagi Dirut yang
lain, lain lagi polanya.”
“Makanya itu yang saya pertanyakan. Kepentingan mengalihkan Freeport ini sebenarnya kepentingan politik. Tapi selesai, Pak. Kita lihat aja, yang bapak hasilkan profitnya pun bukan bayar pokok, bayar bunga dulu,” ujar Nasir.
“Makanya saya agak galau lihat tadi ada mau utang lagi. Dan menurut saya, utang itu cuma dua kuncinya, kalau barang ini lancar, bagus. Kalau barang ini tak lancar, disitalah barang ini.Ini urusan utang. Iya, jelas khawatir.” katanya lagi.
“Sama dengan yang dibilang sahabat saya Pak Sartono, kalau nanti kita bisa mungkin di sana,” ujar Nasir sambil mengarahkan telunjuk ke arah Orias, “dia bisa di sini, tambah bingung lagi kita megang barang itu, karena barang berutang,” imbuh dia.
“Yang saya khawatirkan Pak, tiga perusahaan yang anak-anak perusahaan yang kecil gabung di Inalum ini, apakah untuk nopang utang ini? Lho, karena sudah holding,” kata Nasir.
“Tolong bantu ada kegiatan tambahan di Freeport, kita bareng-bareng bantuin di sana. Bisa jadi nih. Itu yang kita khawatirkan, pak.”
“Makanya saya minta data detilnya, mana?”
Lalu Dirut Inalum menjawab, “Sudah disampaikan, Pak.”
“Iya, harusnya bapak, kalau bapak sekali lagi gini, saya suruh bapak keluar deh,” kata Nasir sambil menunjuk.
“Kalau bapak suruh saya keluar, izin pimpinan saya keluar, Pak,” jawab Orias.
“Bapak bagus keluar, karena ndak ada gunanya bapak rapat di sini. Anda bukan buat main-main DPR ini, tau!” kata Nasir dengan suara tinggi dan kedengarannya dia menggebrak meja.
“Saya nggak main-main, Pak,” kata Orias dengan kedua tangan terlipat di atas meja.
“Jadi Anda itu rapat harus lengkap bahannya,” bentak Nasir sambil menunjuk-nunjuk.
“Enak betul Anda di sini. Siapa yang naruh Anda kayak gini. Percuma negara naruh kayak gini, Ngerti,” kata Nasir dengan nada suara melengking.
“Saya diundang, saya datang,” jawab Orias.
“Kurang ajar Anda. Jabatan Anda cuma mempertaruhkan negara ini,” bentak Nasir.
Alex Nurdin menengahi, “Bapak jangan jawab dulu,” katanya kepada Orias dan dijawab, “iya pak,” sambil menganggukkan kepala.