SURYAYOGYA.COM – Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengimbau sejumlah negara di dunia agar kembali melakukan lockdown. Namun WHO tidak menyebutkan negara mana saja yang dianjurkan untuk kembali melakukan penguncian.
Kepala Unit Penyakit dan Zoonosis WHO, Dr Maria Van Kerkhove, mengungkapkan bahwa sejumlah negara yang berhasil menahan laju pandemi Covid-19 kini menghadapi gelombang serangan baru setelah membuka lockdown.
“Beberapa negara yang telah berhasil menekan transmisi dan buka kembali, sekarang mungkin mengalami kemunduran,” ujarnya dikutip dari CNBC, Kamis (2/7/2020).
“(Pemerintah negara itu) mungkin harus melakukan intervensi lagi, Mungkin harus melakukan kembali apa yang kita sebut “lockdown”.
- Alasan Ilmiah Mengapa WHO Ubah Rekomendasi Pemulangan Pasien Covid-19
- Ini Rekomendasi Terbaru WHO untuk Keluarkan Pasien Covid-19 dari Ruang Isolasi
- Ternyata WHO Sudah Ubah Kriteria Sembuh dari Covid-19, Tak Perlu Dua Kali Tes Negatif
Ia pun mengatakan, hanya ada beberapa negara yang mampu merespon perkembangan sekarang ini dengan efektif. Negara itu, kata dia, sebelumnya memiliki pengalaman buruk dengan virus sebelumnya yakni SARS di 2003 dan MERS di 2013.
Namun di sejumlah negara, pembukaan kembali membuat kasus terlihat menjadi sangat luar biasa. Karenanya ia meminta pemimpin negara segera mengambil alih, untuk menuntaskan masalah ini.
“Belum terlambat untuk membalikkan keadaan,” katanya mengingatkan.
“Kami melihat negara-negara yang berada dalam situasi luar biasa bisa membalikkan keadaan … Belum terlambat menggunakan pendekatan komprehensif ini.”
Secara global, kasus Covid-19 di global masih terus mengalami peningkatan. Dari data WHO, setidaknya 160.000 infeksi baru terjadi setipa hari.
Dari data John Hopkins University, ada total 10,5 juta kasus Covid-19 secara global. Di mana terdapat 512.331 kematian secara akumulatif.
Sementara itu, Kepala WHO General Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan beberapa negara belum bertanggung jawab penuh pada komitmen “respon cepat terhadap Covid-19”. Ini, tegas dia, memperpanjang periode wabah terjadi di negara itu.
“Kami khawatir beberapa negara belum menggunakan semua alat yang dimiliki, dan malah mengambil pendekatan yang terfragmentasi,” ujarnya.
Saat ini Amerika Serikat (AS) memiliki kasus Covid-19 terbanyak di dunia, dengan total kasus lebih dari 2,7 juta orang. Negara ini melaporkan hampir 40 ribu kasus setiap hari atau dua kali dibanding puncak kasus pada pertengahan Mei lalu 22.800.
Berbeda dari kasus sebelumnya, di mana hotspot berada di Washington dan negara barian di Timur Laut, kini negara bagian di Selatan dan Barat jadi episentrum penyebaran. Sekitar 50% kasus datang dari empat negara bagian, Florida, California, Texas dan Arizona.
Ahli kesehatan ternama AS sekaligus penasehat kesehatan Gedung Putih Antony Faucy memprediksi, kasus di AS, mungkin akan mencapai 100 ribu per hari. “Saya prihatin,” katanya lagi.
Selain AS, Brasil, Rusia, India, Inggris juga menjadi lima besar negara dengan kasus terbanyak saat ini. Selain itu, ada pula Spanyol, Peru, Chile, Italia dan Iran. (*)
Editor: Eddy Mesakh | Sumber: CNBC