
SURYAYOGYA.COM – Pelawak itu harus tampil lucu. Dalam situasi apapun. Di depan umum, Apalagi di panggung.
Namun orang lucu juga tidak boleh lapar. Karena melucu memerlukan energi dan otak yang encer.
Dampak Pandemi Covid-19, menimpa siapa saja, orang kaya dan miskin sama saja. Semua terdampak.
Namun setiap orang punya kiat masing-masing untuk “selamat”.
Bagaimana dengan para pelaku seni di Yogyakarta, yang sudah hampir setengah tahun tanpa job?
- BACA: Jogja Kembangkan Kampung Budaya, Jadi Daya Tarik Baru Pariwisata
- BACA: Quo Vadis, Lebanon
- BACA: Minum Teh, Bukan Kopi
Wisben Antoro, seorang pelawak yang tidak terlalu laris, tetapi juga tidak bisa dikatakan sepi panggilan pentas.
“Ya mau bagaimana lagi, melawak di saat seperti ini kan tidak diperlukan. Yang diperlukan sekarang adalah isi perut. Kami pun demikian,” kata dia saat ditemui di rumahnya di kawasan Cebongan, Mlati, Sleman pertengahan pekan lalu.
Wisben tidak hanya ingin menyelamatkan perutnya sendiri. “Saya telepon banyak orang untuk mengumpulkan sembako. Lalu kami bagi-bagikan ke kawan-kawan yang memerlukan,” katanya.
Lalu Anda sendiri bagaimana? “Saya diselamatkan Kiai Semar,”katanya sambil tertawa ngekek.
Wisben bersyukur, saat dia laris manggung, isrtrinya rajin menabung dalam rupa emas.
“Kan di Yogya ada toko emas Semar. Ke sanalah akhirnya tabungan kami berlabuh. Tetapi Wisben pun mengaku, tabungan emasnya kini sudah habis.
“Selanjutnya, ya kami membuat pertunjukan singkat. Saya unggah di Youtube. Meski subscriber belum banyak, setidaknya ada harapan untuk tetap berkreasi. Yaaa, minimal saya dan teman-teman bisa melupakan bahwa saat ini sedang ada pandemi,” katanya, (bersambung)
Penulis: Sawabi Chen