Brongkos, Makanan Khas Yogyakarta yang Sedang “Mumbul” di Semarang

Brongkos Mumbul
Brongkos Mumbul

YOGYAKARTA, SURYAYOGYA.COM – Membicarakan makanan khas Yogyakarta, seolah tak ada habisnya. Gudeg, ayam goreng, bakpia dan lainnya,

Makanan tradisional yang juga seru mengejar popularitas salah satunya, brongkos, Bukan hanya di Yogya. Bisa saja brongkos itu juga ada di daerah lain. Tetapi kebanyakan orang menyebut brongkos sebagai makanan khas Yogya.

Adalah Tarsisius Wintoro, pria asal Yogyakarta itu kini sedang merintis memopulerkan brongkos di Semarang, tempat tinggalnya sekarang. Kepada Suryayogya.com, Wintoro merendah.

“Wah apa yang saya lakukan ini sudah layak diangkat di media? Saya ini masih sangat kecil,” katanya.

“Untuk saat ini yang masak ya kami berdua dibantu anak-anak. Kami pertama kali jualan Brongkos Mumbul ( warungan) tahun 2018. Tetapi karena sesuatu hal kemudian warung tutup.”

 

“Selama warung kami tutup, banyak pelanggan yang kemudian menanyakan menu Brongkos Mumbul dan bertanya kapan buka lagi. Kami baru sadar ternyata branding “Brongkos Mumbul” selama buka warung itu hasilnya lumayan baik,” jelasnya.

Akhirnya sejak 2018 sd 2020 Wintoro serius belajar memasak brongkos dari berbagai sumber dengan puluhan kali percobaan.

“Hasil uji coba itu saya bagikannya kepada para sahabat untuk memberi masukan dan rajin icip-icip ke warung-warung brongkos di Jogja sebagai pembanding,” ujarnya

Meski tidak serius, Wintoro di masa remajanya sering bantu orangtua “Ya biasa saja. Standar-standar saja. Kebetulan ibu buka warung makan kecil-kecilan di rumah. Biasa bantu belanja, racik-racik nggoreng tempe, ngliwet… ya bantu yang ringan-ringan saja lah. Ya keadaannya memang begitu. Alamiah saja karena keadaan. Kalau istri saya ya bantu ibunya memasak di dapur. Kalau masak brongkos itu masakan rumahan ( dapur simbok ) di Jogja. Secara berkala kita wong Jogja sering makan dan melihat orangtua masak,” ujarnya.

Tentu bukan hal yang mudah untuk menemukan bahan baku brongkos di Semarang. Bahan baku sebenarnya ada semua di Semarang. Tapi perjuangan untuk survei pemasok bahan itu, katanya, melelahkan. “Saya menyambangi semua pasar sampai Ungaran,” katanya

Bagi saya itu adalah peluang, sekecil apapun. Karena saya yakin di kota Semarang banyak diaspora Yogya yaitu orang-orang keturunan Yogya, pendatang dari Jogja, alumni sekolah Yogya ataupun para pecinta kota Yogya

Sejak pandemi Covid19, penjualan sistem online menjadi andalan Wintoro.

“Saya jualan Brongkos Mumbul secara online dimulai dari keinginan kami mengisi waktu akibat pandemi Covid 19. Semua pada kumpul di rumah. Bekerja dan sekolah dari rumah. Tiap hari cuma melihat mereka pating glundung nonton HP karena di luar baru PSBB.”

“Saya pikir kok tidak produktif. Akhirnya kami rapat keluarga membahas kegiatan apa yang bisa jadi katarsis menyingkirkan kebosanan. Jualan Brongkos Mumbul secara online akhirnya kami pilih karena sudah punya sedikit basis pelanggan,” katanya.

Menurut Wintoro, karena seluruh anggota keluarga terlibat, justru mengasyikkan, “Anak sulung bantu masak dan promosi medsos, anak kedua bantu di keuangan dan administrasi, anak ketiga bantu di produksi dan pelayanan pelanggan. Yah lumayan untuk laboratorium hidup tentang kewirausahaan bagi anak-anak,” kata pria yang pernah bekerja di Tabloid Olahraga ini.

Awalnya Orang Mengernyitkan Dahi