Fira Sasmita Bangga Kenakan Busana Adat Maumere saat Pandu Acara Pawai Budaya Nitilaku

Penulis: Gaga Sallo / Editor: Eddy Mesakh 

Master of Ceremoni (MC) beken Fira Sasmita memandu acara Nitilaku dalam balutan busana adat Maumere, Sikka, Flores, NTT. (Foto: Suryayogya.com/Gaga Sallo)
Master of Ceremoni (MC) beken Fira Sasmita memandu acara Nitilaku dalam balutan busana adat Maumere, Sikka, Flores, NTT. (Foto: Suryayogya.com/Gaga Sallo)

YOGYAKARTA, SURYAYOGYA.COM – Busana adat Maumere, Flores, NTT, mejeng di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Minggu (13/12/2020) dalam acara Nitilaku.

Acara Nitilaku adalah pawai budaya dari Kraton Yogyakarta menuju Gedung Pusat Universitas Gadjah Mada.

Berhubung masih dalam masa pandemi Covid-19 maka skenario pelaksanaan Nitilaku ini mengambil dilakukan secara daring atau online.

Ada hal yang menarik dalam acara Nitilaku adalah tampilan istimewa dari Master of Ceremoni (MC) beken, Fira Sasmita, yang tampil dalam balutan buasana adat Maumere,  Kabupaten Sikka, Flores, NTT.

Berparas cantik dan lihai dalam membawakan acara, ditambah balutan busana asli perempuan Maumere membuat Fira Sasmita terlihat elegan saat memandu acara Nitilaku Virtual Tahun Kembar.

BACA JUGA:

Ditemui Suryayogya.com sebelum acara, Fira Sasmita mengungkapkan rasa bangga dan gembira mengenakan busana dari Maumere pada saat melakukan aktivitas MC.

“Ini adalah pengalaman istimewa saya selama saya menjadi MC, baik di dalam maupun luar negeri, karena baru kali ini saya mengenakan pakatan adat dari Maumere yang begitu cantik,” ujarnya.

Master of Ceremoni (MC) beken Fira Sasmita memandu acara Nitilaku dalam balutan busana adat Maumere, Sikka, Flores, NTT. (Foto: Suryayogya.com/Gaga Sallo)
Master of Ceremoni (MC) beken Fira Sasmita memandu acara Nitilaku dalam balutan busana adat Maumere, Sikka, Flores, NTT. (Foto: Suryayogya.com/Gaga Sallo)

Setelah mengenakan busana adat Maumere, Fira Sasmita ingin melengkapinya dengan plesiran ke Maumere untuk semakin mengenal asal busana adat yang dikenakannya.

Lebih lanjut menurut MC yang pernah mengarahkan acara di London, Inggris, ini bahwa budaya NTT, khususnya Maumere, sangat unik dan punya nilai jual yang sangat luar biasa.

Dia berharap potensi budaya seperti busana adat ini perlu dilestarikan dan dikembangkan untuk menopang Maumere sebagai destinasi pariwisata di NTT.

Fira Sasmita mengenakan setelah adat Maumere terdiri atas sarung tenun ikat asli Maumere Timur yang dalam bahasa daerah disebut “Utan Welak”, dipadu gelang dari gading gajah.

Rambutnya juga disanggul ala perempuan Maumere, yang dalam bahasa daerah disebut Legen.

Tusuk konde dari tulang kuda yang biasa disebut “Hegin” dan tubuhnya dibalut selempang melintang yang biasa disebut Dong atau Laking.

Anting atau biasa disebut giwang menghiasi kuping dan kalung Ledan melingkari leher Fira Sasmita.

Penata busana Melania Alfreda Noeng ketika ditemui mengatakan bahwa dirinya sangat bangga karena panitia memutuskan MC mengenakan busana adat Maumere dalam acara Nitilaku tersebut.

“Ini pertanda bahwa pakaian adat dari Maumere sangat eksotik untuk dihadirkan dalam suatu acara besar seperti ini dan di luar NTT,” ujarnya.(*)

Busana Adat Maumere, Sarung Adat Maumere, Flores, NTT, Acara Nitilaku, UGM, Fira Sasmita,  Surya Yogya, Penata Busana, Melania Alfreda Noeng, Keraton Yogyakarta