Media dalam Pusaran Politik Internasional

Heronimus Heron, peneliti MINDSET Institute, sedang menempuh studi Program Magister Kajian Budaya Universitas Sanata Dharma
Heronimus Heron, peneliti MINDSET Institute, sedang menempuh studi Program Magister Kajian Budaya Universitas Sanata Dharma

OPINI: Heronimus Heron

Dalam pandangan umum, media hanyalah sarana untuk menyampaikan informasi dari komunikator ke komunikan. Media menjadi penyalur informasi dari komunikasi interpersonal maupun komunikasi massa.

Kalau tidak ada media, maka proses komunikasi akan terhambat. Proses komunikasi dasar seperti ini kurang mendalami kekuatan peran media dalam mereproduksi dan memproduksi wacana di publik.

Bila kita ditelisik lebih mendalam, media bukan hanya sebagai sarana untuk menyalurkan informasi, tetapi dapat mempengaruhi publik melalui kabar yang diberitakannya. Apalagi media memiliki strategi dalam pemilihan framing, penyortiran berita di meja redaksi, dan menentukan waktu tayang. Proses pengemasan berita yang menarik akan mengundang minat publik untuk mengaksesnya. Pada gilirannya, publik dapat mempercayai informasi yang disampaikan media.

Media dan Politik Internasional

Dalam sejarah politik modern, kekuasaan tidak bisa dipisahkan dari media. Kita mengenal Goebbels sebagai menteri propaganda Nazi yang menggunakan media untuk menyebarkan propaganda anti-Semit. Adegium terkenal dari Goebbels ialah menyebarkan kebohongan melalui media sebanyak dan sesering mungkin, sehingga menjadi kebenaran.

Media juga dapat menjadi kekuatan politik. Cukup banyak para pemimpin media yang menjadi politisi, sehingga mereka menjadikan media sebagai sarana untuk menggiring opini publik. Media tidak hanya menyajikan realitas, tetapi menciptakan realitas seturut kehendak pemilik media.

Kalau kita melihat krisis politik internasional antara Rusia dan Ukraina beberapa minggu terakhir ini, maka kita bisa menyaksikan bagaimana media memainkan peran penting dalam memberikan berita kepada publik. Bagaimana kita membaca politik media? MINDSET Institute bekerjasama dengan Perspektif. ID dalam Webinar “Krisis Global, Media dan Tinjauan Politik Internasional” pada Senin (14/03/2022) mengupas problematika tersebut.

Dede Mulyanto dari Departemen Antropologi Universitas Padjajaran sebagai pembicara menyampaikan bahwa “media sudah dijadikan sebagai sarana untuk membentuk opini publik”.

Ia mencontohkan krisis Rusia dan Ukraina telah menyebabkan inflasi yang tinggi di negara-negara tertentu. Kepala negara tersebut menggunakan media untuk menyalahkan pihak lain yang menyebabkan terjadinya inflasi, bukan mengenai kegagalannya meredam konflik Rusia dan Ukraina sehingga inflasi tidak terjadi.

Sementara pembicara dari Departemen Sosiologi Universitas Gadjah Mada, Kuskridho Ambardi memotret era digital menyebabkan “kita kelebihan informasi, tetapi kita kesulitan memilah berita yang kredibel mengenai konflik Rusia dengan Ukraina. Hal ini membuat kita ingin informasi yang gratis, tetapi tidak siap mendukung jurnalisme independen”. Ia melanjutkan, dalam konteks konflik Rusia dengan Ukraina, “kita bergantung pada berita yang diterbitkan dalam bahasa yang kita mengerti, dan dampaknya kita tidak memiliki informasi yang berimbang terhadap konflik tersebut”.

Praktik pemberitaan media bukanlah sesuatu yang bebas nilai

Pembicara dari MINDSET Institute, Tri Guntur Narwaya mengatakan “kehadiran media telah membuat kita menjadi konsumen media”. Media memiliki kekuasaan untuk mengatur informasi ke publik. Apalagi pemberitaan media tergantung pada kepentingan politik asal media.

Profesor Xu Liping, Direktur Pusat Studi Asia Tenggara, Chinese Academy of Social Sciences selaku pembicara dalam diskusi menyampaikan media peran penting dalam mengabarkan konflik Rusia dan Ukraina. Bila mengakses berita, maka “kita perlu mengetahui asal media untuk memahami kepentingan politik dari informasi yang disampaikan media”.

Konsumsi Berita yang Berimbang

Webinar “Krisis Global, Media dan Tinjauan Politik Internasional” pada Senin (14/03/2022)
Webinar “Krisis Global, Media dan Tinjauan Politik Internasional” pada Senin (14/03/2022)

Media dapat memperparah krisis, maupun meredam krisis antara Rusia dengan Ukraina. Ambardi memberikan prinsip umum dalam bermedia, yaitu mendukung jurnalisme independen, mengupayakan self correction media, membaca analisis dari kalangan akademik untuk membongkar kepentingan politik dan ekonomi, dan mempersoalkan algoritma media.

BACA:Demokratisasi Polisi sebagai Tantangan Zaman

BACA:OPINI: Ketahanan Pangan Menghadapi Pandemi