
YOGYAKARTA, SURYAYOGYA.COM – Kabinda DIY bersama dengan Tim Pengendalian Inflasi Daerah dan Satgas Pangan DIY melakukan pengecekan kesiapan dan mencari tahu kendala yang mempengaruhi peredaran tapioka, terigu dan minyak goreng.
Kabinda DIY Brigjen Dr Andry Wibowo SIk MH MSi mengatakan, dari hasil pengecekan di gudang distributor besar, PT Arista Sleman Yogyakarta, Kamis (31/03/2022), tim mendapat penjelasan dari Wakil Direktur PT Arista.
Dari penjelasan diketahui persoalan peredaran minyak goreng di Yogya khususnya, terjadi turbulensi antara suply dan demand minyak goreng kemasan dan minyak goreng curah.
“Data customer PT Arista terdapat pola serapan minyak goreng curah sebesar 70 persen dibanding minyak goreng kemasan sebesar 30 persen pada kondisi normal,” kata Kabinda DIY Brigjen Dr Andry Wibowo SIk MH MSi.
Dengan begitu, pada akhir ini terjadi persoalan pada ketersediaan minyak goreng curah yang konon beberapa pabrik minyak goreng curah hingga berhenti beroperasi.
Menurut Andry, sebagai dampaknya masyarakat yang selama ini menggunakan minyak goreng curah terpaksa mencari minyak goreng kemasan.
“Pada kenyataannya tidak siap untuk menyiapkan stok tambahan sebagai dampak beralihnya konsumen dari minyak goreng curah ke minyak goreng kemasan,” tambahnya.

Selain itu, stok terigu terjadi kelambatan distribusi dari pabrik pada hari H pemesanan yang biasanya hanya terjeda 2-3 hari menjadi lebih panjang menjadi 6-7 hari.
“Dampak dari kelangkaan bahan baku gandum yang tergantung dari import negara-negara produsen gandum khususnya eropa sbg akibat konflik Rusia dan Ukraiana,” tutur Andry.
Adapun stok tapioka yang umumnya berasal dari Lampung, kata Andry, berdasarkan keterangan distributor, saat ini tapioka Lampung lebih diserap untuk pasar ekspor dibandingkan pasar dalam negeri.
BACA:Jelang Ramadan, BIN Akselerasi Vaksinasi di Yogyakarta
BACA:Gelar Seminar Bersama Ormas PMPH dan BEM DIY Tanamkan Jiwa Nasionalisme