Oleh : Dr Andry Wibowo Sik MH Msi
Kepemimpinan merupakan upaya seseorang yang memiliki posisi struktural, fungsional maupun sosial untuk menggerakan orang lain dalam melakukan sesuatu baik yang berhubungan dengan misi, fungsi dan kedudukan seorang pemimpin dalam organisasi. Sehingga, sikap, tindakan, pernyataan dari sebuah kepemimpinan akan melahirkan persepsi dan interpretasi sosial pada dirinya.
Kepemimpinan menjadi faktor kunci bekerjanya kehidupan kolektif menuju tujuan bersama dari kompleksitas kehidupan. Tanpa kepemimpinan, kehidupan akan bergerak secara anarki. Karena dalam kepemimpinan terkandung nilai bersama, konsensus jaman dan kontrak sosial yang disepakati baik secara terbuka maupun tersirat, tertulis maupun tidak tertulis.
Bagi manusia, makhluk hidup sempurna yang diciptakan dan dicita- citakan sang maha pencipta mempunyai tanggungjawab kepemimpinan untuk menjaga dunia sebagai ruang hidup bersama. Bukan saja ruang kehidupan antar manusia yang beraneka ragam, tetapi juga antara manusia dengan lingkungan dan semesta alam.
Untuk menjalankan kepemimpinannya, manusia memerlukan setidaknya tiga kompentensi diri. Kompetensi rasional yang berkaitan dengan pengetahuan dan keterampilan yang lahir dari proses pendidikan, pelatihan dan pengalaman. Kompetensi moral dan etika yang berhubungan dengan sikap mental dan batin yang menyangkut hal yang patut dan tidak patut untuk dilakukan. Dan kompetensi budaya yang sering dikaitkan dengan tata laku komunikasi dalam relasi kepemimpinannya. Ketiga hal tersebut akan menjadi potret dari kepemimpinan seseorang.
Ramadhan yang bagi umat Islam memiliki fungsi pokok untuk pengendalian diri (self control), akan banyak memberikan arti yang secara fundamental berhubungan dengan pemimpin dan kepemimpinannya. Pengendalian diri seorang pemimpin sangat penting bukan sekedar dalam dimensi etika dan moral, tetapi lebih dari itu kesadaran diri (self conciousness) dalam kedudukan dan fungsinya sebagai kepemimpinan dalam kehidupan bersama.
Pengendalian diri yang menjadi fungsi pokok dari puasa ramadhan, akan menjadi cermin bagi manusia dalam melihat fungsi kepemimpinan. Pengendalian yang berkontribusi bagi pemimpin untuk menyadari kapasitas, kualitas batasan dan beban tanggung jawab yang dimilikinya.
Self control menjadi kompetensi psikologis yang berkaitan dengan id, ego dan super ego yang semestinya disiapkan juga selain tiga kompetensi dasar kepemimpinan diatas.
Jika kompetensi dasar yang berhubungan dengan rasionalitas, etika dan moral serta budaya dapat dilatih dan dididik dalam ruang pembelajaran formal, serta dapat dengan mudah diukur dengan evaluasi ujian. Sebaliknya kematangan psikologis membutuhkan ruang pelatihan khusus, yang berbeda dengan ruang pelatihan formal. Dan ruang latih untuk itu ada ketika melaksanakan puasa ramadhan.
Puasa ramadhan merupakan ibadah wajib bagi umat islam sebagai bagian dari rukun Islam. Puasa ramadhan yang dilaksanakan selama sebulan mewajibkan kepada seluruh umat Islam untuk mengendalikan dirinya. Waktu yang telah ditentukan merupakan ibadah utama untuk membentuk karakter kepribadian muslim sejati selain bersyahadat, sholat, berzakat dan menunaikan haji.
Puasa ramadhan merupakan momentum dimana Allah SWT melatih umat muslim untuk mampu memiliki kompetensi pengendalian diri dalam memerangi hawa nafsu terhadap hal yang berhubungan dengan keduniaan.
Pengendalian diri terhadap hawa nafsu menjadi penting bagi para pemimpin dalam menjalankan kepemimpinannya. Karena kepemimpinan tidak saja menyangkut persoalan yang terkait dengan rasionalitas, etika dan moral serta budaya. Lebih dari itu, sebuah sikap mendalam tentang kesadaran diri pada batasan, kepantasan dan kepatutan. Yang memiliki tujuan utama pengorbanan diri demi kepentingan dan kebaikan bersama.(*)
Yogyakarta , April 2022