OLEH Dr Andry Wibowo Sik MH MSi – “Character cannot be developed in ease and quiet. Only through experience of trial and suffering can the soul be strengthened, ambition inspired, and success achieved.”
Seorang Kakek tua bercerita dengan cucu lelakinya tentang perkelahian hebat 2 ekor serigala :
“ There’s a fight going on inside me. It’s a terrible fight between two wolves . One is evil, angry, greedy, jealous, arrogant and cowardy. The other is good, peacefull, loving, modest, generous, honest, and trusworthy.” These two wolves are also fighting within you, and inside every other person too.”
After a moment, they boy asks, which wolf will win ? The old man smiles, the one you feed.
Jika diartikan secara bebas cerita tersebut dan memaknainya secara sederhana maksud kisah tersebut adalah, pada dasarnya setiap manusia memiliki sifat ganda. Satu sisi dengan kebaikan, dan lainnya berkaitan dengan kejahatan. Keduanya saling tarik menarik dan mempengaruhi keputusan dari tindakan manusia.
Sifat dan karakter jahat digambarkan dengan kemarahan, kerakusan, kesombongan, iri, dengki dengan ketololan dan kekonyolan. Sebaliknya sifat dan karakter baik digambarkan dengan hal yang berkaitan dengan cinta damai, kasih sayang, kebaikan dan kelembutan hati, sederhana, jujur dan dapat dipercaya.
Dalam pertarungan tersebut secara simbolik berlanjut dengan pertanyaan siapa yang menang ? Jawabannya adalah sifat dan karakter yang kau selalu beri ruang untuk tumbuh dan berkembang.
Dongeng tentang dua ekor serigala merupakan kisah mendidik bagi setiap individu, tentang cikal bakal sifat dan karakter manusia. Peristiwa alami, terjadi dimana saja, kepada siapa saja, tidak memandang status. Pertarungan antara kejahatan dan kebaikan yang akan terus terjadi dalam perjalanan hidup manusia.
Dari cerita tersebut dapat diambil suatu pengetahuan yang paling penting dalam diri manusia yaitu sifat dan karakter. Yang selalu membutuhkan perhatian sejak dini dan menjadi point penting atas perkembangan jati diri manusia selanjutnya.
Pelajaran dua serigala dapat dijadikan pedoman bagi mereka yang bekerja dalam lingkungan organisasi besar dan kecil, korporasi atau pemerintahan. Bahkan dalam urusan yang berhubungan dengan pembentukan sifat dan karakter bangsa.
Dapat dibayangkan ketika sifat dan karakter jahat yang digambarkan sebagai “evil wolf” lebih diberikan ruang untuk tumbuh dan berkembang. Maka yang akan terjadi upnormalitas organisasi. Dan jika hal ini dibiarkan terus terjadi dalam waktu lama maka organisasi akan tumbuh dan berkembang menjadi “evil organization“, alias perkumpulan para setan.
Namun sebaliknya, jika sifat dan karakter baik yang digambarkan sebagai “good wolf“ lebih diberikan ruang untuk tumbuh dan berkembang, organisasi akan berjalan normal. Jika kebiasaan ini terjadi dalam waktu lama maka organisasi akan tumbuh dan berkembang menjadi “good organization.”
Tentunya tidak sulit untuk memahami cerita singkat diatas. Bagaimana kita semua memahami sifat dan karakter yang seharusnya ditumbuh kembangkan, dimana saja, dan oleh siapa saja. Tidak memandang latar belakang agama, ideologi maupun status sosial. Untuk tujuan sendiri, kelompok, komunitas, masyarakat dan bangsa.