YOGYAKARTA,SURYAYOGYA.COM- Slogan Gerakan Melihat Cangkul Tua (GMCT) terus bergema seantero jagad ketika kita menengok tentang konsep pertanian.
Tidak asing lagi bagi penggiat pertanian jika sesekali mendengar atau membaca tulisan Melihat Cangkul Tua, pasti akan tertuju pada sekelompok anak muda yang berada di Yogyakarta asal Propinsi Nusa Tenggara Timur.
Bermodal semangat dan berniat membuang stikma negatif tentang pertanian bagi kaum mileneal, Gerakan Melihat Cangkul Tua terus berusaha membuka tabir kegelapan tentang pandangan yang salah jika bertani adalah miskin.
Sekelompok anak muda Asal NTT dengan beragam latar belakang pendidikan mulai dari S-1 hingga S-2 terus membuktikan bahwa dengan bertani secara moderen pada kaum mileneal maka akan mendapatkan penghasilan yang luar biasa.
“Berada di kota Yogyakarta ibarat berada dalam kolam susu dan madu, semuanya sangat lengkap untuk generasi muda belajar sebanyak mungkin, untuk kembali membangun daerah,” Ujar Gaga Sallo Penggagas Gerakan Melihat Cangkul Tua.
Gaga Sallo berpendapat bahwa Gerakan Melihat Cangkul Tua adalah suatu semangat untuk kembali melihat tentang bagaimana perjuangan orang tua kita saat di kampung yang begitu gigi bertani untuk menyekolahkan anaknya hingga ke tanah Jawa.
Hanya bermodal niat yang tulus mereka terus semangat bertani dengan konsep dan ilmu yang serba terbatas dikala itu.
Atas semua perjuangan itu, Gerakan Melihat Cangkul Tua tidak ingin kaum mileneal yang telah diberi pendidikan dan pengalaman yang sangat mumpuni, sesewaktu kembali ke kampung halaman dan kembali membawa konsep yang sama tentang pertanian seperti sediakala yang telah dilakukan oleh orang tua kita.
Gerakan Melihat Cangkul Tua terus memberikan motivasi agar jika nantinya kembali melakukan pertanian namun membawa konsep yang lebih modern sebagai agen perubahan.
Saat ini Gerakan Melihat Cangkul Tua telah mampu memberikan sesuatu perubahan tentang sistem pertanian yang modern, mulai dari Pengelolaan bakteri pada tanah, Pembuatan Pupuk Organik dan Pupuk Kimia, Pengenalan Tentang konsep menanam, dan terus bercinta-cita tentang konsep pertanian terpadu.
Dari semua usaha tersebut telah mampu menorehkan hasil yang sangat berlimpah yang mana telah membuktikan bahwa konsep perubahan adalah roh dalam perjuangan.
Mengutip dari Pejuang Revolusi Ernesto Che Guevara yang mengatakan bahwa “Petani itu adalah seorang yang berkeyakinan baik, orang yang bermoral tinggi, dan memiliki cinta kepada kebebasan yang kokoh.” sehingga gerakan Melihat Cangkul Tua terus berupaya untuk mengajak semua kalangan terutama kalangan mileneal agar kembali melihat bahwa dunia pertanian adalah dunia yang sangat menjanjikan akan susu dan madu jika dikelola dengan konsep dan ilmu pengetahuan yang mumpuni.
Diketahui saat ini Gerakan Melihat Cangkul Tua yang berisikan anak muda dari NTT yang berada di Kota Yogyakarta terus tekun menapaki pertanian dengan berbagai tanaman holtikultura sebagai ajang pembuktian bahwa dengan bertani maka milenial sejahtera.
Sama halnya Melkior Timu sarjana muda asal Kabupaten Malaka NTT berpendapat bahwa Gerakan Melihat Cangkul Tua adalah gerakan menggugah bagi kaum mileneal NTT di Yogyakarta khususnya dan umumnya mileneal di Nusantara bahwa pertanian adalah pintu gerbang menuju kemakmuran jika ditekuni dan dijalani sesuai konsep yang benar.
“Saya pribadi sangat tertarik dengan gerakan ini, yang mana dari gerakan ini menjadikan motivasi dan daya juang yang sangat luar biasa untuk sebuah restorasi di bidang pertanian,” ujar El sapaan akrabnya.
Pria lulusan salah satu perguruan tinggi swasta di Yogyakarta ini, kini dikirim oleh Gerakan Melihat Cangkul Tua ke Bangka yang diprakarsai oleh Kapolda DIY Irjen Pol Suwondo Nainggolan, S.I.K., M.H guna membantu mengembangkan penanaman jagung dilahan bekas tambang.(*)