Mahasiswa, Kemampuan Analisis dan Dunia Kerja

Opini: Muhammad Zakiy Dosen Program Studi Ekonomi Syariah UMY & Mhs S3 Ekonomi Islam UGM

Dosen memiliki beberapa tanggungjawab yang harus dilakukan, salah satunya adalah melakukan kegiatan belajar mengajar yang merupakan bagian penting dari tri dharma perguruan tinggi.

Pengajaran yang dilakukan dosen bukan sekadar mentransfer ilmu yang dimilikinya pada mahasiswa, namun lebih dari itu, yakni kewajiban moral untuk meningkatkan soft skill mahasiswanya.

Berdasarkan riset yang saya lakukan, salah satu soft skill terpenting dan dibutuhkan dalam dunia kerja yaitu kemampuan karyawan dalam melakukan analisis yang mendalam agar dapat merumuskan pengambilan keputusan yang tepat.

Selain itu berpikir kritis juga bagian penting bagi mahasiswa dalam menghadapi tantangan akademik dan menjadi profesional.

Analisis yang baik dapat mengurai informasi, memahami berbagai sudut pandang, sehingga berdampak pada pengambilan keputusan yang tepat. Sayangnya dalam beberapa tahun belakangan, terjadi tren penurunan kemampuan analisis di kalangan mahasiswa.

Fenomena ini dapat menjadi tantangan serius bagi perkembangan pendidikan tinggi dan perkembangan intelektual generasi muda kedepannya.

Terlebih lagi kemampuan analisis ini merupakan kompetensi inti yang sangat dibutuhkan dalam dunia kerja.

Penyebab penurunan kemampuan analisis ini sangat kompleks dan dipengaruhi oleh beberapa faktor. Pertama, peran teknologi komunikasi dan informasi dalam kehidupan sehari-hari mahasiswa dalam mengerjakan tugas kuliah maupun sebagai gaya hidup modern.

Kehadiran teknologi komunikasi dan informasi ini telah menciptakan ketergantungan dan kecenderungan untuk mengandalkan pemecahan masalah secara instan.

Mahasiswa lebih tergoda mengandalkan mesin pencari dan aplikasi otomatis seperti Google, ChatGPT sebagai contoh, untuk menyelesaikan tugas-tugas akademik, yang mengurangi latihan berpikir analitis.

Selain itu, pola belajar yang buruk juga berkontribusi pada penurunan kemampuan analisis. Beban kuliah yang berat dan jadwal yang padat sering menyebabkan mahasiswa mencari jalan pintas untuk menyelesaikan tugas mereka.

Akibatnya, sebagian mahasiswa tidak meluangkan waktu yang cukup untuk memperdalam pemahaman tentang materi maupun untuk mengembangkan keterampilan analisis yang kuat. Sikap “mengerjakan apa yang diwajibkan” dalam memenuhi persyaratan akademik menjadi lebih umum daripada semangat eksplorasi intelektual.

Kedua, yaitu banyaknya informasi yang begitu cepat dan berlimpah, akibatnya mahasiswa sering kali dibanjiri dengan berita, opini, dan konten-konten viral yang dapat menyebabkan gangguan mental dan mengurangi kemampuan konsentrasi.

Kesulitan membedakan informasi yang kredibel dan tidak, sehingga kemampuan analisis pun tereduksi. Belum lagi banyak konten yang tidak bermutu seperti konten prank, berita selebritas dan humor yang tidak mendidik justru banyak menjadi konsumsi mahasiswa dalam kesehariannya.

Hal ini diperparah dengan kebiasaan mahasiswa yang tidak dapat memanage waktu dan menentukan skala prioritas dalam kehidupannya, seperti nongkrong di café sampai larut, menghabiskan waktu di komunitas yang tidak menopang prestasi akademik.

Dari kesemuanya ini akan sangat berpengaruh pada kualitas mahasiswa yang nantinya tidak dapat bersaing di dunia kerja jika lulus nanti. Tentu ini menjadi perlu menjadi perhatian seluruh civitas akademik, karena bagaimanapun nasib bangsa ini ke depan berada di pundak mereka.

Mengubah pola pikir dan pendekatan pendidikan untuk mengatasi penurunan kemampuan analisis ini, perlu adanya perubahan dalam pendekatan pendidikan.

Pertama, institusi pendidikan semestinya mendorong mahasiswa untuk mengembangkan rasa ingin tahu yang kuat dan memiliki semangat penelitian yang mendalam.

Perlunya pelibatan mahasiswa dalam diskusi kritis, proyek penelitian, dan komunitas akademik lainnya yang dapat membantu mahasiswa dalam melatih kemampuan analisis mereka.

Selain itu, dosen perlu memanfaatkan teknologi pendidikan dengan bijaksana untuk meningkatkan pembelajaran baik secara daring maupun luring. Alat bantu digital dapat membantu mempermudah akses ke sumber daya dan materi, namun juga perlu dibarengi dengan penekanan pada kemampuan berpikir kritis.

Selain itu, mahasiswa juga perlu didorong untuk mengelola waktu mereka dengan secara efisien. Hal ini akan memberi mereka kesempatan untuk merenung, membaca lebih banyak, dan berdiskusi dengan teman sejawat untuk meningkatkan kemampuan analisis.

Keterampilan ini tidak hanya berguna dalam kehidupan akademik, tetapi juga merupakan aset yang berharga dalam kehidupan sehari-hari dan dunia kerja nantinya.

Penurunan kemampuan analisis dan berpikirt kritis di kalangan mahasiswa adalah fenomena yang memprihatinkan dan memerlukan perhatian serius dari semua pihak terkait.

Institusi pendidikan harus berperan aktif dalam mengatasi masalah ini dengan mendorong semangat penelitian, diskusi ilmiah, dan eksplorasi intelektual.
Mahasiswa juga perlu mengambil inisiatif untuk mengelola waktu mereka dengan bijaksana dan tidak terjebak dalam perangkap teknologi yang mengurangi kemampuan analisis mereka.

Meskipun teknologi dapat menyediakan akses ke berbagai informasi, perlu ditekankan bahwa penggunaan teknologi merupakan alat bantu dan bukan sebagai pengganti pikiran mahasiswa dalam mengerjakan tugas.

Di sisi lain, penguasaan teknologi dan kemampuan analisis merupakan kompetensi yang wajib dimiliki oleh karyawan dalam dunia kerja. Bertambahnya jumlah angkatan kerja setiap tahunnya berbanding terbalik dengan penurunan kebutuhan karyawan dalam dunia kerja yang menyebabkan pengangguran menjadi meningkat.

Untuk itu, mahasiswa perlu mempersiapkan diri agar mampu berkompetisi dalam mencari pekerjaan dengan meningkatkan kualitas dirinya. Salah satu kompetensi yang tidak dapat ditawar dalam dunia kerja yaitu kemampuan analisis yang tajam.